Jumat, 29 Mei 2009

ANALISIS PEMBELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DI SEKOLAH DASAR

KATA PENGANTAR

Segenap puji syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas segala limpahan rahmatNya,dan dengan pertolonganNya jualah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ Analisis Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi Di Sekolah Dasar Negeri di Palembang”.Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada dosen pengampu Bapak Prof. Dr. Zulkardi, MI.Komp., M.Sc. yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada saya sehingga makalah ini dapat saya selesaikan dengan baik.

Terima kasih pula saya sampaikan kepada rekan-rekan seperjuangan mahasiswa Program Pasca Sarjana Unsri program Teknologi Pendidikan kelas Sore B yang telah membantu saya dengan memberikan dukungan yang sangat bermanfaat bagi saya dalam pembuatan makalah ini.

Selaku manusia biasa saya sangat menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan dan oleh karenanya maka saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan makalah ini sehingga dapat mendekati kesempurnaan,karena kesempurnaan hanyalah milik ALLAH SWT pemilik alam semesta.

Demikianlah makalah ini saya buat, tentunya dalam penulisan makalah ini terdapat hal-hal yang tidak pantas dan kurang berkenan bagi bapak ibu sekalian,untuk itu saya menghaturkan permintaan maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis,

ANALISIS PEMBELAJARAN

TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

DI SEKOLAH DASAR

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara berpopulasi tertinggi ke-4 tentunya memiliki tantangan yang nyaris yang sama dengan negara China dan India. Problem kesehatan dan pendidikan selalu dijadikan parameter untuk mengukur kesejahteraan rakyat di suatu Negara. Indonesia dengan populasi 247 juta dimana diantaranya terdapat 51 juta siswa dan 2,7 juta guru di lebih dari 293.000 sekolah, serta 300.000 dosen di lebih dari 2.700 perguruan tinggi yang tersebar di 17.508 pulau, 33 provinsi, 461 kabupaten/kota, 5.263 Kecamatan, dan 62.806 desa. Tentunya juga memiliki tantangan khusus di bidang pendidikan.

Beberapa tantangan diantaranya adalah: masih banyaknya anak usia sekolah yang belum dapat menikmati pendidikan dasar 9 tahun: angka partisipasi anak berusia sekolah 7-12 tahun untuk bersekolah masih dibawah 80% (APK SMP 85,22 dan APK SMA 52,2). Tantangan berikutnya adalah (1) tidak meratanya penyebaran sarana dan prasarana pendidikan/sekolah (sebagai contoh: tidak semua sekolah memiliki saluran telepon, apalagi koneksi internet): Kota vs Desa/Daerah Terpencil/Daerah Perbatasan, Indonesia Barat vs Indonesia Timur. (2) Tidak seragamnya dan masih rendahnya mutu pendidikan di setiap jenjang sekolah yang ditandai dengan tingkat kelulusan UN yang masih rendah, demikian pula nilai UN yang diperoleh siswa. (3) Rendahnya kualitas kompetensi tenaga pengajar, dimana dari jumlah guru yang ada 2.692.217, ternyata yang memenuhi persyaratan (tersertifikasi) hanya 727.381 orang atau baru 27% dari total jumlah guru di Indonesia. Dan yang tidak kalah penting adalah (4) rendahnya tingkat pemanfaatan TIK di sekolah yang telah memiliki fasilitas TIK (utilitas rendah), disisi lain tidak semua sekolah mempunyai sarana TIK yang memadai.

Pada kesempatan ini pula perlu sama-sama kita luruskan kembali bahwa TIK bukan hanya komputer dan internetnya, TIK juga melingkupi media informasi seperti radio dan televisi serta media komunikasi seperti telepon maupun telepon seluler dengan SMS, MMS, Music Player, Video Player, Kamera Foto Digital, dan Kamera Video Digital-nya serta e-Book Reader-nya. Jadi banyak media alternatif yang dapat dipilih oleh pengajar untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan berkesan. TIK yang termanfaatkan dengan baik dan tepat di dalam pendidikan akan: memperluas kesempatan belajar, meningkatkan efisiensi, meningkatkan kualitas belajar, meningkatkan kualitas mengajar, memfasilitasi pembentukan keterampilan, mendorong belajar sepanjang hayat berkelanjutan, meningkatkan perencanaan kebijakan dan manajemen, serta mengurangi kesenjangan digital.Maka dari itu kelompok kami hanya menganalisis bagaimana proses pembelajaran TIK di Sekolah Dasar.

1.2 Pemanfaatan TIK

Menurut pemanfaatannya, TIK di dalam pendidikan dapat dikategorisasikan menjadi 4 (empat) kelompok manfaat. Pertama, TIK sebagai Gudang Ilmu Pengetahuan, di kelompok ini TIK dimanfaatkan sebagai sebagai Referensi Ilmu Pengetahuan Terkini, Manajemen Pengetahuan, Jaringan Pakar Beragam Bidang Ilmu, Jaringan Antar Institusi Pendidikan, Pusat Pengembangan Materi Ajar, Wahana Pengembangan Kurikulum, dan Komunitas Perbandingan Standar Kompetensi. Kedua, TIK sebagai Alat bantu Pembelajaran, di dalam kelompok ini sekurang-kurangnya ada 3 fungsi TIK yang dapat dimanfaatkan sehari-hari di dalam proses belajar- mengajar, yaitu (1) TIK sebagai alat bantu guru yang meliputi: Animasi Peristiwa, Alat Uji Siswa, Sumber Referensi Ajar, Evaluasi Kinerja Siswa, Simulasi Kasus, Alat Peraga Visual, dan Media Komunikasi Antar Guru. Kemudian (2) TIK sebagai Alat Bantu Interaksi Guru-Siswa yang meliputi: Komunikasi Guru-Siswa, Kolaborasi Kelompok Studi, dan Manajemen Kelas Terpadu. Sedangkan (3) TIK sebagai Alat Bantu Siswa meliputi: Buku Interaktif , Belajar Mandiri, Latihan Soal, Media Illustrasi, Simulasi Pelajaran, Alat Karya Siswa, dan media Komunikasi Antar Siswa. Ketiga, TIK sebagai Fasilitas Pembelajaran, di dalam kelompok ini TIK dapat dimanfaatkan sebagai: Perpustakaan Elektronik, Kelas Virtual, Aplikasi Multimedia, Kelas Teater Multimedia, Kelas Jarak Jauh, Papan Elektronik Sekolah, Alat Ajar Multi-Intelejensia, Pojok Internet, dan Komunikasi Kolaborasi Kooperasi (Intranet Sekolah). dan Keempat, TIK sebagai Infrastruktur Pembelajaran, di dalam kelompok ini TIK kita temukan dukungan teknis dan aplikatif untuk pembelajaran – baik dalam skala menengah maupun luas – yang meliputi: Ragam Teknologi Kanal Distribusi, Ragam Aplikasi dan Perangkat Lunak, Bahasa Pemrograman, Sistem Basis Data, Komputer Personal, Alat-Alat Digital, Sistem Operasi, Sistem Jaringan dan Komunikasi Data, dan Infrastruktur Teknologi Informasi (Media Transmisi).

Berangkat dari optimalisasi pemanfaatan TIK untuk pembelajaran tersebut kita berharap hal ini akan memberi sumbangsih besar dalam peningkatan kualitas SDM Indonesia yang cerdas dan kompetitif melalui pembangunan masyarakat berpengetahuan (knowledge-based society). Masyarakat yang tangguh karena memiliki kecakapan: (1) ICT and media literacy skills), (2) critical thinking skills, (3) problem-solving skills, (4) effective communication skills, dan (5) collaborative skills yang diperlukan untuk mengatasi setiap permasalahan dan tantangan hidupnya.

1.3. Permasalahan

Adapun permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini, yaitu:

  1. Apakah TIK perlu dipelajari di tingkat Sekolah Dasar?
  2. Bagaimana kurikulum TIK di tingkat Sekolah Dasar?
  3. Bagaimana implementasi pembelajaran TIK di tingkat Sekolah Dasar?

1.4. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

  1. Untuk mengetahui pentingnya pembelajaran TIK di Sekolah Dasar.
  2. Untuk mengetahui bagaimana kurikulum di Sekolah Dasar.
  3. Untuk mengetahui bagaimana implementasi pembelajaran TIK di Sekolah Dasar.

1.5. Manfaat

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penulisan makalah ini, yaitu:

  1. Menambah khazanah wawasan bagi pemakalah dalam hal pelaksanaan pembelajaran TIK di Sekolah Dasar.
  2. Menambah hasil karya ilmiah bagi program studi Teknologi Pendidikan program Pascasarjana Universitas Sriwijaya.
  3. Menjadi Sumbang saran serta bahan perbaikan bagi pembelajaran TIK di Sekolah Dasar.

II. PEMBAHASAN

2.1. Pembelajaran TIK di Sekolah Dasar

Di dalam proses belajar-mengajar tentunya ada subjek dan objek yang berperan secara aktif, dinamik dan interaktif di dalam ruang belajar, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Guru & Siswa sama-sama dituntut untuk membuat suasana belajar dan proses transfer of knowledge–nya berjalan menyenangkan serta tidak membosankan. Oleh karena itu penataan peran Guru & Siswa di dalam kelas yang mengintegrasikan TIK di dalam pembelajaran perlu dipahami dan dimainkan dengan sebaik-baiknya.

Kini di era pendidikan berbasis TIK, peran Guru tidak hanya sebagai pengajar semata namun sekaligus menjadi fasilitator, kolaborator, mentor, pelatih, pengarah dan teman belajar bagi Siswa. Karenanya Guru dapat memberikan pilihan dan tanggung jawab yang besar kepada siswa untuk mengalami peristiwa belajar. Dengan peran Guru sebagaimana dimaksud, maka peran Siswa pun mengalami perubahan, dari partisipan pasif menjadi partisipan aktif yang banyak menghasilkan dan berbagi (sharing) pengetahuan/keterampilan serta berpartisipasi sebanyak mungkin sebagaimana layaknya seorang ahli. Disisi lain Siswa juga dapat belajar secara individu, sebagaimana halnya juga kolaboratif dengan siswa lain

Untuk mendukung proses integrasi TIK di dalam pembelajaran, maka Manajemen Sekolah, Guru dan Siswa harus memahami 9 (sembilan) prinsip integrasi TIK dalam pembelajaran yang terdiri atas prinsip-prinsip:

1. Aktif: memungkinkan siswa dapat terlibat aktif oleh adanya proses belajar yang menarik dan bermakna.

2. Konstruktif: memungkinkan siswa dapat menggabungkan ide-ide baru kedalam pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya untuk memahami makna atau keinginan tahuan dan keraguan yang selama ini ada dalam benaknya.

3. Kolaboratif: memungkinkan siswa dalam suatu kelompok atau komunitas yang saling bekerjasama, berbagi ide, saran atau pengalaman, menasehati dan memberi masukan untuk sesama anggota kelompoknya.

4. Antusiastik: memungkinkan siswa dapat secara aktif dan antusias berusaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan

5. Dialogis: memungkinkan proses belajar secara inherent merupakan suatu proses sosial dan dialogis dimana siswa memperoleh keuntungan dari proses komunikasi tersebut baik di dalam maupun luar sekolah

6. Kontekstual: memungkinkan situasi belajar diarahkan pada proses belajar yang bermakna (real-world) melalui pendekatan ”problem-based atau case-based learning”

7. Reflektif: memungkinkan siswa dapat menyadari apa yang telah ia pelajari serta
merenungkan apa yang telah dipelajarinya sebagai bagian dari proses belajar itu sendiri. (Jonassen (1995), dikutip oleh Norton et al (2001)).

8. Multisensory: memungkinkan pembelajaran dapat disampaikan untuk berbagai modalitas belajar (multisensory), baik audio, visual, maupun kinestetik (dePorter et al, 2000).

9. High order thinking skills training: memungkinkan untuk melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi (seperti problem solving, pengambilan keputusan, dll.) serta secara tidak langsung juga meningkatkan ”ICT & media literacy” (Fryer, 2001).

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Sebagaimana telah dijelaskan di atas, maka bukti otentik terjadinya pembelajaran berbasis TIK dapat kita cermati dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun dan implementasinya yang dilaksanakan oleh setiap guru mata pelajaran di sekolah. RPP yang mengintegrasikan TIK di dalam pembelajaran dapat disusun melalui 2 (dua) pendekatan, yaitu pendekatan idealis dan pendekatan pragmatis. Pertama, Pendekatan Idealis dapat dimulai dengan menentukan topik, kemudian menentukan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai; dan menentukan aktifitas pembelajaran dengan memanfaatkan TIK (seperti modul, LKS, program audio, VCD/DVD, CD-ROM, bahan belajar on-line di internet, atau alat komunikasi sinkronous dan asinkronous lainnya) yang relevan untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut.

Kedua, Pendekatan Pragmatis dapat diawali dengan mengidentifikasi TIK (seperti buku, modul, LKS, program audio, VCD/DVD, CD-ROM, bahan belajar on-line di internet, atau alat komunikasi sinkronous dan asinkronous lainnya) yang ada atau mungkin bisa dilakukan atau digunakan, kemudian memilih topik-topik apa yang bisa didukung oleh keberadaan TIK tersebut, dan diakhiri dengan merencanakan strategi pembelajaran yang relevan untuk mencapai kompetensi dasar dan indikator capaian hasil belajar dari topik pelajaran tersebut. Adapun strategi yang dapat dipilih sesuai dengan kedua pendekatan tersebut adalah strategi: Resources-based learning (pembelajaran berbasis sumber daya), Case/problem-based learning (pembelajaran berbasis permasalahan/kasus sehari-hari), Simulation-based learning (pembelajaran berbasis simulasi), dan Colaborative-based learning (pembelajaran berbasis kolaborasi). Peran TVE & Jardiknas Sebagaimana kita ketahui bersama, tantangan terbesar negara kita dalam mencerdaskan bangsa adalah akses setiap masyarakat Indonesia ke sumber-sumber pengetahuan dan informasi pendidikan.

Oleh karena itulah Depdiknas berupaya menjawab tantangan tersebut dengan inisiatif yang penuh inovasi melalui penyelenggaraan siaran TV Edukasi yang diresmikan pada tahun 2004 ini merupakan televisi yang mengkhususkan pada siaran pendidikan, termasuk program pembelajaran. Kemudian pada tahun 2006, Depdiknas menggelar Jardiknas (Jejaring Pendidikan Nasional) yang merupakan jaringan TIK nasional terbesar yang dimanfaatkan oleh Depdiknas untuk keperluan komunikasi data administrasi, konten pembelajaran, serta informasi dan kebijakan pendidikan. TVE yang kini telah memiliki saluran 2 untuk Guru ini memiliki pola siaran: Informasi yang berisikan materi: News, Pola siaran yang berisikan Kebijakan, Profil Guru, dan sebagainya; Tutorial (Pendidikan Formal) yang berisikan materi: pembelajaran berdasarkan kurikulum Program SD, SMP, SMA, SMK, PJJ S-1 PGSD konsorsium dan Program S1 PGSD Non Konsorsium; dan Pengayaan yang berisikan materi: pengkayaan dan materi yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi Guru. Sedangkan Jardiknas saat ini memiliki 1.072 node (simpul) Zona Kantor dan Perguruan Tinggi yang tersebar di 33 provinsi dan 456 kabupaten/kota. Jardiknas yang berpusat di NOC Pustekkom Ciputat Banten dan NOC Telkom Karet Jakarta ini difasilitasi bandwidth intranet, internet domestik dan internet internasional yang cukup memadai untuk mendukung e-administrasi dan e-pembelajaran di Indonesia.

Dalam waktu dekat – dalam rangka memenuhi Inpres nomor 5 tahun 2008 – Depdiknas akan mengembangkan Jardiknas Zona Sekolah untuk 15.000 sekolah dan Jardiknas Zona Perorangan untuk 7.943 tenaga pengajar yang memiliki laptop. Media koneksi Jardiknas Zona Sekolah berorientasi static internet (fixed), sedangkan Jardiknas Zona Perorangan berorientasi kepada mobile internet. Konten Kita memahami bahwa infrastruktur semegah apapun tidak akan berarti sama sekali jika tiada konten bermanfaat di dalamnya. Setiap hari pengguna internet berselancar di dunia maya hanya untuk mencari konten yang benar-benar diinginkannya secara instan. Baik didorong oleh rasa keingintahuan terhadap suatu fenomena maupun sekedar membuktikan sebuah informasi. Demikian halnya konten pendidikan yang disajikan melalui TVE maupun disediakan melalui Jardiknas.

Beberapa konten e-learning yang selama ini cukup mendukung pembelajaran berbasis TIK adalah: Bimbingan Belajar Online, Bank Soal Online, Uji Kompetensi Online, Smart School, Telekolaborasi, Digital Library, Research Network, dan Video Conference PJJ. Salah satu konten yang cukup menyita perhatian publik akhir-akhir ini adalah program buku murah yang dikemas di dalam aplikasi Buku Sekolah Elektronik (BS) yang dapat diakses melalui: bse.depdiknas.go.id. BSE merupakan langkah reformasi di bidang perbukuan dimana Depdiknas telah membeli Hak Cipta buku-buku teks pelajaran SD, SMP, SMA, dan SMK tersebut. Softcopy buku-buku teks pelajaran tersebut didistribusikan melalui web BSE agar guru atau masyarakat dapat mengakses, mengunduh, mencetak, mendistribusikan, atau menjualnya sesuai HET (Harga Eceran Tertinggi) dimana saja dan kapan saja. Selain BSE versi Online yang dapat diakses melalui internet, Depdiknas juga telah menyediakan dan mendistribusikan BSE versi Offline yang dikemas di dalam cakram padat DVD. Demikian strategi pengembangan pembelajaran berbasis TIK yang terus-menerus dikembangkan dan didukung oleh Depdiknas melalui sejumlah inisiatif dan inovasi di bidang teknologi pembelajaran, teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Kita dapat berharap suatu saat nanti TVE dan Jardiknas dapat menjadi Pusat Konten Pembelajaran yang dapat diakses dimana saja dan kapan saja melalui koneksi Kabel, Nirkabel & Satelit.
Sumber : Kwarta Adimphrana (Pembelajaran TIK)

2.2. Standar Isi TIK SD

Berdasarkan Standar Isi (Sumber: Badan Standar Nasional Pendidikan). Kerangka Dasar Kurikulum untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi tingkat SD/MI/SDLB dimaksudkan untuk mengenal, menyikapi, dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif, dan mandiri. Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 35 menit. Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 34-38 minggu. Jumlah jam pembelajaran tatap muka per mingggu untuk SD/MI/SDLB: Kelas I-III adalah 29 sampai dengan 32 jam pembelajaran. Kelas IV-V adalah 34 jam pembelajaran. Waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur bagi peserta didik pada SD/MI/SDLB maksimum 40% dari jumlah waktu kegiatan tatap muka dari mata pelajaran yang bersangkutan.

2.3. Implementasi TIK pada Pendidikan Dasar

Setelah analisis dilakukan, maka kita dapat melihat bagaimana implementasi TIK yang sesungguhnya. Adapun hal-hal yang dilakukan oleh penulis dilapangan,bahwa pada dasarnya pembelajaran TIK di tingkat Sekolah Dasar sangat di perlukan, dalam hal ini kami mengadakan penelitian di 3 (tiga) sekolah, yaitu: Sekolah Dasar Negeri 114, Sekolah Dasar Negeri 117, dan Sekolah Dasar Negeri 179. Ketiga sekolah tersebut sesuai dengan kriteria sekolah yang menurut kami memenuhi tiga kriteria tingkatan, yaitu: tingkat kurang, tingkat sedang dan tingkat baik.

Adapun kriteria sekolah yang telah melakukan pembelajaran TIK di Sekolah Dasar, yaitu sebagai berikut:

1. Pembelajaran TIK dengan kriteria tingkat kurang.

Berdasarkan hasil analisa kami, bahwa Sekolah Dasar Negeri 114 masuk dalam kategori tingkat kurang, mengapa kami katakan demikian? Sebelum kami mengatakan alasannya, ada baiknya kita menjelaskan terlebih dahulu pembelajaran TIK di sekolah ini. Sekolah Dasar Negeri 114 di kenal dengan nama sekolah yang menerapkan Pengenalan Teknologi Dasar (PTD). Sekolah ini pembelajaran TIK masih tergolong kurang, karena mereka memberikan pelajaran TIK secara umum, di sekolah ini mereka memberikan pelajaran teknologi dalam bidang; membatik, transportasi, komunikasi dan berkebun. Sedangkan pembelajaran TIK itu sendiri hanya sebatas pengenalan alat-alatnya saja, seperti; monitor, keyboard, CPU, mouse, dan lainnya, dan tidak dipelajari lebih mendalam. Untuk nilai PTD sendiri di masukkan ke dalam nilai raport sebagai nilai muatan lokal. Adapun modul yang digunakan adalah modul yang mengarah ke teknologi dasar secara umum. Maka, dapat kami simpulkan bahwa pembelajaran TIK di sekolah ini masih kurang.

2. Pembelajaran TIK dengan kriteria tingkat sedang

Adapun kategori yang kedua adalah kriteria tingkat sedang, dalam hal ini kami menganalisa Sekolah Dasar Negeri 117, pada sekolah ini pelaksanaan pembelajaran TIK dalam bentuk muatan lokal yang diasuh oleh satu orang tenaga pengajar berijazah D.III UMUM. Sarana yang tersedia hanya 1 buah unit komputer, pelaksanaan pembelajaran berlangsung di ruangan perpustakaan karena di laksanakan dengan cara bergiliran sementara siswa lain membaca buku di perpustakaan. Di sekolah ini pembelajaran TIK dilaksanakan dengan meggunakan modul yang dilaksanakan dalam bentuk pengenalan komputer saja.

Di Sekolah ini lebih mengutamakan program kelas Akselerasi dan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI), kelas akselerasi dimulai dari kelas empat, adapun syarat untuk dapat masuk kelas tersebut siswa harus masuk peringkat lima besar pada waktu di kelas tiga, dan perlu diketahui bahwa sekolah ini dijadikan sekolah percontohan PMRI di bawah bimbingan langsung Bapak Prof. Zulkardi, M.I.Kom., M.Sc. Menurut keterangan kepala sekolah Bapak Drs. Bahrun, disekolah ini TIK akan dikembangkan, tetapi masih terkendala masalah sarana komputer dan prasarana gedung yang belum tersedia. Oleh karena itu pembelajaran TIK disekolah ini belum dapat dilaksanakan secara maksimal, walaupun demikian nilai TIK masih masuk dalam nilai raport pada mata pelajaran muatan lokal (MULOK).

3. Pembelajaran TIK dengan kriteria tingkat baik

Sekolah yang masuk dalam kategori baik dalam hal pembelajaran TIK adalah Sekolah Dasar Negeri 179. Sekolah ini adalah sekolah yang berstandar Internasional (SBI) di bawah kepemimpinan Ibu Dra. Yuliani. Jumlah siswa disekolah ini yaitu 638 orang, yang tersebar di 23 kelas mulai dari kelas I sampai dengan kelas VI, setiap tingkatan kelas memiliki empat kelas, kecuali kelas 3 yang hanya memiliki 3 kelas. Pada sekolah ini pembelajaran TIK telah di laksanakan mulai dari kelas 1 s/d kelas 6 dengan lama waktu pembelajaran 2 jam perminggu,1 jam sama 35 menit setiap siswa di haruskan membayar Rp.15.000,00 per-bulan untuk biaya operasional .Sarana komputer yang tersedia terdiri dari 22 unit,1 server untuk jardiknas dan 1 server lagi untuk jaringan internet internasional 5 unit untk pelatihan guru ,yang patut di banggakan pada sekolah ini adalah komputer yang telah ada meupakan swadaya dari orang tua siswa yang telah di rintis oleh pihak sekolah,komite serta peran orang tua siswa selama lebih kurang 2 tahun sumbangan dari pihak diknas baik kota maupun propinsi, sedangkan tenaga pengajar berjumlah 4 orang yaitu; Purwanto sebagai koordinator sekaligus pengajar,di bantu oleh 3 orang,yaitu ; Ibu Jenny Cristina,Amd,Ibu Halmahera dan Bapak Arief fadillah, S.Kom.

TABEL TENAGA PENGAJAR TIK DI SDN 179 PALEMBANG

NO

NAMA

PENDIDIKAN

STATUS

DIKLAT/

PELATIHAN

KET

1.

Purwanto

D.II

Pend. Penjaskes

PNS

Bandung dan Bali

Pengajar sekaligus Tehnisi komputer

2.

Jenny Cristina, A.Md.

D.III.

Komp. Akuntansi

PTT

Pengajar

3.

Halmahera

SMA

PTT

Pengajar

4.

Arief Fadillah, S.Kom

S.1.

Sarjana Komputer

PTT

Pengajar

Berdasarkan keterangan dari tim pengajar tersebut, bahwa pembelajaran TIK sangat diperlukan, karena dapat menunjang efisiensi dan efektifitas proses pembelajaran bidang studi yang lain, seperti; matematika, Bahasa Inggris, Biologi, sejarah, geografi dan banyak lagi. Di sekolah ini setiap guru bidang studi mendapatkan kesempatan belajar TIK itu sendiri yang dilaksanakan di sore hari, sehingga setiap guru dapat memanfaatkan komputer, khususnya mengakses internet untuk mendownload materi pelajaran dari bidang studi yang diajarkan. Materi ini dapat disampaikan oleh guru kepada siswa di dalam kelas dikarenakan tersedianya juga sarana sebuah LCD dan dua buah laptop.

Maka dapat disimpulkan bahwa dari ketiga Sekolah Dasar yang telah kami kunjungi, bahwa pembelajaran TIK di Sekolah Dasar sangat diperlukan untuk dipelajari dan hanya Sekolah Dasar Negeri 179 yang telah menerapkan pembelajaran TIK sesuai dengan yang diharapkan.

Adapun pelaksanaan kurikulum di SD yang kami teliti,dapat di deskripsikan bahwa hanya di SD Negeri 179 Palembang menggunakan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dari pusat.dalam tulisan ini kami lampirkan perangkat pembelajaran yang disusun oleh guru yang mengajarkan TIK disekolah tersebut.Berdasarkan keterangan dari guru yang mengajar yaitu Ibu Jeni Cristina,A.Md,beliau banyak menambah dan mengurangi KTSP yang ditulis dalam perangkat pembelajarannya dikarenakan ingin menyesuaikan dengan keadaan yang ada dilapangan.Perubahan tersebut kami analisis sebagai berikut : ( lihat pada silabus )

III. PENUTUP

SIMPULAN DAN SARAN

3.1. Simpulan

Dari pemaparan makalah diatas, maka dapat kami simpulkan bahwa:

  1. Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) khususnya pada sekolah dasar sangatlah penting, agar siswa dapat menyalurkan bakat serta minatnya pada jenjang berikutnya.
  2. Pembelajaran TIK dapat terlaksana dengan maksimal dengan adanya dukungan baik dari guru, orang tua siswa serta peran serta komite sekolah.

3.2. Saran

  1. Bagi sekolah-sekolah yang belum dapat melaksanakan pembelajaran TIK secara maksimal diharapkan kedepan dapat berupaya lebih giat lagi dengan cara meningkatkan kerjasama khususnya dengan komite sekolah.

Daftar Pustaka

http://enggar.net/2008/02/19/pembelajaran-tik/

http://gurukreatif.wordpress.com/2008/04/15/integrasi-tik-dalam-pembelajaran-di-sekolah-dasar-makalah-seminar-the-power-of-ict-di-pasca-sarjana-universitas-negeri-jakarta-15-april-2008/

http://www.dispendikkabprob.org/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=104

http://ariesmada.net/kurikulum/Pelaksanaan%20SI-SKL.pdf

http://www.bsnp-indonesia.org/files/SK_Pelaksanaan_SI-SKL.pdf


Kamis, 08 Januari 2009

ICT/INTERNET

ICT/INTERNET

Dalam zaman globalisasi seperti ini, kita perlu sebuah media untuk mengetahui informasi dan kejadian yang terjadi di dunia nasional atau internasional. Kebutuhan itu lah yang menjadi sebuah keharusan untuk mengadakan sebuah metode pembelajaran yang bertujuan untuk menaikkan kualitas pendidikan.
Perkembangan teknologi komunikasi begitu cepat sehingga berdampak pada berbagai sendi kehidupan manusia. Dalam masa seperti ini, lembaga pendidikan mempunyai tanggung jawab membersiapkan dan menghasilkan sumberdaya manusia yang mampu menghadapi semua tantangan perubahan yang ada disekitarnya yang berjalan sangat cepat.


Berbagai hasil penelitian menunjukan bahwa media yang paling efektif digunakan untuk mencapai mutu pendidikan dalam memasuki ere globalisasi sekarang ini adalah dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (ICT). ITC adalah istilah umum yang mengacu pada teknologi yang digunakan untuk mengumpulkan, mengedit, mendapatkan informasi dalam berbagai bentuk (SER, 1977dalam Nurdin Ibrahim).
Ada lima perspektif yang bisa dilihat dalam peranan ICT dalam perannya sebagai media pembelajaran (Clark, 1996 dalam Ebersole, 2000), yaitu: 1) media sebagai teknologi, 2) media sebagai alat atau tutor atau guru, 3) media sebagai agen sosialisasi, 4).
Media sebagai motivator untuk belajar, dam 5) Media sebagai alat mental untuk berpikir dan memecahkan masalah.

Secara umum, penggunaan ICT dalam pendidikan dideskripsikan sebaai berikut : 1) ICT sebagai objek pembelajaran yang kebanyakan terorganisir dalam kursus-kursus spesial. Apa yang dipelajari tergantung pada bentuk pendidikan dan level siswa. Pendidikan ini mempersiapkan siswa untuk menggunakan ICT dalam pendidikan, keterampilan masa depan dan dalam kehidupan sosial. 2) ICT sebagai ”alat bantu (tool)”, yaitu digunakan sebagai alat, misalnya ketika membuat tugas-tugas, mengumpulkan data, dan dokumentasi dan melaksanakan penelitian. Umumnya ICT digunakan dalam memecahkan permasalahan secara independen. 3) ICT sebagai medium proses pembelajaran, dimana guru dapat mengajar dan murid dapat belajar.
Hasil penelitian Kurniawati et,al (2005) menunjukan bahwa pada umumnya pendapat guru dan siswa tentang manfaat ICT khususnya edukasi net antara lain : 1) Memudahkan guru dan siswa dalam mencari sumber belajar alternatif, 2 ) Bagi siswa dapat memperjelas materi yang telah disampaikan oleh guru, karena disamping disertai gambar juga ada animasi menarik, 3) Dapat berlatih soal dengan menanfaatkan uji kompetensi, 4) Cara belajar lebih efisien, 5) Wawasan bertambah, 6) Meringankan dalam membuat contoh soal, 7) Mengetahui dan mengikuti perkembangan materi dan info-info lain yang berhubungan dengan bidang studi, 8) Membantu siswa dalam mempelajari materi secara individu selain disekolah, 9) Membantu siswa melek ICT
Adapun manfaat ITC khususnya internet/ edukasi-net bagi pengembangan profesional guru yaitu meningkatkan pengetahuan, membagi sumber diantara rekan sejawat/ sedepartemen, .bekerjasama dengan guru-buru dari luar negeri, kesempatan untuk menerbit/mengumumkan informasi secara langsung, mengatur komunikasi secara teratur, berpartisipasi dalam forum dengan rekan sejawat baik lokal maupun nasional dan internasional


Manfaat sebagai sumber bahan yaitu :

dapat mengakses rencana pembelajaran dan metodologi baru, sebagai bahan baku dan bahan jadi cocok untuk segala bidang pelajaran, menginformasikan berbagai sumber. Mendorong minat guru/tutor untuk meningkatkan motivasi siswa apabila lebih terfokus untuk belajar.


Manfaat bagi siswa yaitu: 1) mendorong siswa belajar sendiri secara cepat, sehingga meningkatkan pengetahuan, belajar berinteraktivitas dan mengembangkan kemampuan dibidang penelitian. 2) dapat memperkaya diri siswa dalam meningkatkan komunikasi dengan siswa lain dan meningkatkan kepekaan akan permasalahan yang ada diseluruh dunia.

Berdasarkan manfaat ICT terhadap guru, siswa maupun sebagai sumber bahan maka terlihat bahwa dengan memanfaatkan ICT sebagai media pendidikan dapat meningkatkan kulitas pendidikan baik kulitas guru, siswa maupun bahan ajar.

Dengan demikian maka ICT sangat berperan dalam meningkatkan mutu pendidikan yang secara tidak langsung berpengaruh pada pembangunan suatu bangsa

Manfaat ICT pada Pendidikan Nasional

Peningkatan kecepatan layanan informasi yang integral, interaktif, lengkap, akurat dan mudah didapat. • Memberikan pelayanan data dan informasi pendidikan secara terpadu. • Menciptakan budaya transparan dan akuntabel. • Merupakan media promosi pendidikan yang handal. • Meningkatkan komunikasi dan interaksi baik secara lokal maupun internasional. • Mengakses berbagai bahan ajar dari seluruh dunia, dan • Meningkatkan efisiensi dari berbagai kegiatan pendidikan